JellyPages.com

Selasa, 11 September 2012

PENGERTIAN DAN FUNGSI EVALUASI


1.      DEFENISI EVALUASI
Menurut :
v I KETUT GEDE YUDANTARA
Evaluasi merupakan kelanjutan dari suatu rencana kerja yang peranannya sangat dibutuhkan karena evaluasi merupakan latihan yang memperkaya logika dan analisa.

v GRONLUND, 1975
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan tujuan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan - tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.

v WRIGHTSTONE dkk, 1956
Evaluasi ialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan - tujuan atau nilai yang telah ditetapkan.

2.      DEFENISI EVALUASI PENDIDIKAN/PENGAJARAN
Menurut :
v Edwind Wandt dan Gerald W. Brown
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
v Erman (2003:2)
Evaluasi pengajaran dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.

v Lembaga Administrasi Negara
Evaluasi pendidikan adalah usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.

3.        FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN/PENGAJARAN DALAM PEMBELAJARAN
v Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas.
v Untuk mengetahui tahap persiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya.

Minggu, 09 September 2012

Pengertian dan Fungsi Kurikulum


A.          Pengertian Kurikulum
Dalam usaha menjamin keberlangsungan pendidikan kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itulah hubungan pengajaran/pendidikan dengan kurikulum tidak dapat dipisahkan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang definisi kurikulum.
Menurut Y. Gallen Saylor dan N. Alexander kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah. Pendapat B. Ragan tentang kurikulum adalah semua pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah. Kemudian Soedijarto mengemukakan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisasikan untuk ditaatioleh para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.
Demikian pula pendapat S. Nasution dalam bukunya Azas-azas Kurikulum bahwa kurikulum adalah usaha-usaha perbaikan dalam bidang pendidikan dan adminitrasi pendidikan.
Kurikulum menurut pengertian modern adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh para siswa untuk mencapai tujuan dan merupakan keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar, baik berlangsung dikelas, dihalaman, maupun diluar sekolah, semua pengalam anak didik tersebut dibawah tanggung jawab sekolah.
Pengertian kurikulum modern sebenarnya telah tergambar bahwa segala kegiatan yang akan dikerjakan siswa dan guru, metode yang digunakan serta penunjang lainnya semua bertujuan agar tujuan pendidikan tercapai. Dalam pengertian ini, maka kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalam belajar yang direncanakan / dirancang, diprogramkan, dan diselenggarakan oleh lembaga sekolah bagi anak didiknya dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kurikulum akan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, kebutuhan anak dan tuntutan masyarakat.
B.           Latar Belakang Masing-Masing Kurikulum dari Tahun 1947-KTSP
1.      RENCANA PELAJARAN 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, atau disebut juga Rentjana Pembelajaran 1947. Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis yakni dari orientasi pendidikan Belanda kekepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Pada kurikulum ini lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.

2.      RENCANA PELAJARAN TERURAI  1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana PelajaranTerurai 1952. Adapun ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari- hari. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa,karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok  bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

3.      KURIKULUM 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran, kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini hanya memuat pokok-pokok mata pelajaran saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

4.      KURIKULUM  1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Latar belakang kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik karena guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

5.      KURIKULUM  1984
Kurikulum 1984 mengusung  process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yangdisempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning  (SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu  menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.


6.      KURIKULUM  1994  dan SUPLEMEN KURIKULUM 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Mudjito menjelaskan bahwa Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses.
Perpaduan tujuan dan proses pada kurikulum ini belum berhasil. Kritik bertebaran,lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing.  Kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.  Ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
§  Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
§  Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
§  Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulumuntuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehinggadaerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan denganlingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
§  Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yangmelibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. 
§  Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasankonsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
§  Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yangsulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
§  Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
§  Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
§  Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait denganaplikasi kehidupan sehari-hari.
§  Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulumdengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhanmasyarakat.
§  Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antaratujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkunganserta sarana pendukungnya.
§  Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
§  Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti tujuanmateri pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku pelajaran.
§  Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dantetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.

7.      KURIKULUM 2004
Kurikulum 2004 dikenal juga dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang harus dicapai siswa. Sayangnya, kerancuanmuncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolahmaupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.Meski baru diujicobakan, tapi di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tidak  benar-benar paham apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum. 

8.      KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal inidisebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkanoleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, sepertisilabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawahkoordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.

C.          Tujuan dan Fungsi Kurikulum
Kurikulum disusun dengan tujuan antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :
1.       Belajar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Belajar untuk memahami dan menghayati.
3.      Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif.
4.      Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain.
5.      Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.



Selain itu, Kurikulum disusun dengan fungsi  antara lain :

1.      Fungsi kurikulum bagi siswa
Ialah untuk pengembangan individu. Pengembangan individu ini bertujuan dan berusaha merealisasikan potensi-potensi yang ada pada anak secara optimal. Artinya, setiap anak mempunyai potensi/kemampuan. Kemampuan itu dapat dikembangkan bila cara dan sasarannya tepat dan sesuai dengan keinginan anak.

2.      Fungsi kurikulum bagi guru
Ialah sebagai pedoman kerja dalam menyuun dan mengorganisasikan pelajaran. Tanpa kurikulum guru tidak akan dapat bekerja dengan terarah. Karena dalam kurikulum telah dimuat tujuan umum, jenis-jenis program, tema pokok bahasan, bagaimana cara menyelenggara proses belajar mengajar serta sarana yang digunkan, begitu juga dengan penggunaan metode, media dan penuntun. Selain itu, fungsi kurikulum bagi guru ialah sebagai pedoman bagi guru dalam mengadakan evaluasi serta sebagai alat ukur untuk mencapai pengajaran pendidikan yang baik.

3.      Fungsi kurikulum bagi sekolah
Ialah sebagai pedoman dalam :
a.       Mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar
b.      Melaksanakan fungsi supervisi dlam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak kea rah yang lebih baik
c.       Melaksanakan supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi belajar
d.      Untuk pengembangan kurikulum lebih lanjut
e.       Mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar

4.      Fungsi kurikulum bagi orangtua siswa
Yaitu untuk membantu usaaha sekolah dalam memajukan anak-anak mereka. Bantuan orang tua dalam memajukan pendidikan dapat mealalui konsultasi langsung dengan guru tentang masalah yang menyangkut anaknya. Disamping itu bantuan orang tua juga dapat melalui BP3.
Fungsi kurikulum yang terakhir ialah berguna untuk membuat kurikulum tingkat sekolah selanjutnya. Maksudnya dengan mengetahui kurikulum suatu tingkatan tertentu, maka untuk tingkat selanjutnya tidak perlu bersusah payah karena sudah ada gambaran sebelumnya.


D.          Komponen-komponen Kurikulum
Kurikulum meliputi berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dan hubungan ini adalah hubungan timbal balik (saling mempengaruhi) guna dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kurikulum meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
1.      Tujuan
Komponen tujuan berkaitan dengan arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan. Setiap perencana kurikulum perlu menetapkan arah pendidikan yang harus dituju. Tujuan yang terdapat dalam kurikulum sekolah terbagi atas :

a.       Tujuan yang Dicapai sekolah secara Keseluruhan
Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan tersebut bias digambarkan dalam bentuk pengetahuan, siakp, dan keterampilan. Tujuan dari sekolah tersebut dinakan tujuan institusional atau tujuan lembaga, misalnya tujuan pendidikan dasar, menengah dan seterusnya.

b.      Tujuan yang Dicapai dalam Setiap Bidang Studi
Tujuan setiap bidang studi ada yang disebut dengan tujuan kurikuler dan ada pula yang disebut tujuan pembelajaran, maksudnya penjabaran dari tujuan kurikuler.


2.      Materi
Komponen materi/pengalaman belajar menyangkut pertanyaan apa yang akan dipelajari agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar seperti yang diharapkan dalam tujuan yang telah digariskan. Materi yang akan diajarkan/dipelajari peserta didik adalah mencakup pengetahuan, keterampilan, proses dan nilai.

3.      Organisasi dan strategi
Komponen ini berkaitan dengan penyusunan materi pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik. Materi dan pengalaman bealjar perlu diorganisasikan dengan baik agar terbentuk program belajar yang terdiri dari unit-unit kegiatan belajar. Organisasi materi dan pengalaman belajar memiliki dua dimensi yaitu dimensi horizontal dan vertical.

4.      Sarana
Komponen sarana dalam hal ini meliputi :
a.       Sarana personal, yang terdiri dari guru, konselor, tata usaha dan kepala inspeksi
b.      Sarana material, yang terdiri dari bahan instruksional, teks book, alat atau media, serta sumber bahan ajar. Sarana fisik terdiri dari gedung sekolah, kantor, laboraturium, lapangan, halaman sekolah dan sebagainya
c.       Sarana kepemimpinan, yang memberikan dukungan dan pengamanan pelaksanaan, serta member bimbingan, pembinaan, dan penyempurnaan program pendidikan
d.      Sara administratif, misalnya pedoman umum bidang pengajaran, pedoman penyusunan satuan pelajaran, pedoman praktek keguruan, pedoman bimbingan siswa, dan pedoman adminitrasi dan supervise

5.      Evaluasi
Komponen evaluasi ini menyangkut pengumpulan informasi tentang apakah materi dan pengalaman belajar yang sudag direncanakan dan telah dilaksanakan benar-benar dapat mencapai tujuan yang telah digariskan atau tidak. Komponen ini akan memberikan petunjuk tentang keberhasilan atau kegagalan proses pengajaran dalam mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu, komponen ini memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Tanpa evaluasi kita tidak dapat melihat umpan balik dengan baik.

Kelima komponen kurikulum diatas saling berhubungan dan mempengaruhi dalam pengembangan kurikulum. Kelimanya harus direncanakan sedemikian rupa agar perencana kurikulum berlangsung dengan abik dan pelaksanaannya diharapkan akan efektif.