JellyPages.com

Rabu, 14 Desember 2011

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SD

Pembelajaran Bahasa Inggris pada jenjang pendidikan SD identik dengan mengajari seorang bayi bahasa ibu. Dimana secara umum anak-anak kita di sekolah dasar belum mengenal Bahasa Inggris . Sehingga hal itu akan berdampak pada pola pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD yang lebih bersifat pengenalan. Sehingga diusahakan sedapat mungkin agar tercapai apa yang disebut “kesan pertama sangat mengesankan’ yang selanjutnya sebagai motivasi bagi mereka untuk mengeksplorasi khasanah berbahasa inggris pada tataran lebih lanjut. Maka dari itu diperlukan kiat-kiat khusus berupa penerapan metode-metode pembelajaran yang inovatif.
Awalnya pembelajaran Bahasa Inggris di negara asalnya sendiri yaitu Inggris dan beberapa negara pengguna Bahasa Inggris sebagai bahasa nasionalnya seperti Australia, New Zaeland, Kanada dan Amerika Serikat mengajarkan bahasa secara terpisah-pisah. Sejak sekitar tahun 1980-an mulai menerapkan pendekatan whole language pada pembelajaran bahasa ( Routman, 1991). Whole language adalah pendekatan pengajaran bahasa secara utuh tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991 ; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weaver , 1992) . Pendekatan whole language didasari oleh paham kontruktifisme yang menyatakan bahwa anak dapat mengkonstruksikan sendiri strutur kognitifnya berdasarkan pengalaman yang didapatkannya melalui peran aktif dalam belajar secara utuh (whole) dan (integrated) terpadu. (Robert, 1996).
Komponen whole language adalah (1) Reading alloud, yaitu kegiatan membaca yang dilakukan guru kepada siswanya. (2) Jurnal writing yaitu suatu kegiatan menulis jurnal yang memberikan siswa mencurahkan perasaannya tentang kegiatan belajar dan hal ikwal yang ada hubungannya dengan pembelajaran serta sekolah dalam bentuk tulisan.
(3) Sustained silent reading, yaitu kegiatan membaca dalam hati. (4) Guided reading, yaitu kegiatan membaca terbimbing, (5) Guded Writing, yaitu kegiatan pembelajaran menulis terbimbing, (6) Independen reading, yaitu kegiatan membaca bebas sesuai bacaan yang siswa gemari, (7) Independent writing yaitu kegiatan menulis bebas sehingga siswa dapat berfikir kritis dalam menganalisa objek atau hal yang ia tulis.
Kelas yang menerapkan pembelajaran berbasiskan whole language adalah merupakan kelas yang kaya akan barang cetak, seperti buku, majalah, Koran, dan buku petunjuk. Di samping itu kelas whole language dilengkapi dengan sudut-sudut yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan secara mandiri. Strategi penilaian yang guru dapat lakukan dalam hal ini adalah melalui penilaian proses dan fortofolio.
Sementara menurut David Nunan (1989) dalam Solchan T.W., dkk (2001:66) pembelajaran bahasa hendak dibelajarkan menggunakan pendekatan komunikatif. Dimana pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan suatu makna, yang menekankan fasa dimensi semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karena itu yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini  adalah teori pemerolehan bahasan kedua secara alamiah. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah sehingga proses belajar bahasa lebih efektif dilakukan melalui komunikasi langsung dalam bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka tujuan umum pembelajaran bahasa adalah untuk mengembangkan siswa untuk berkomunikasi. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan pendekatan komunikatif siswa dihadapkan pada situasi komunikasi nyata , seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna atau kegiatan lain yang sifatnya riil.
Dalam pendekatan komunikatif peran guru hanya bersifat memfasilitasi proses komunikasi , partisipan tugas dan teks, menganalisa kebutuhan, konselor dan manajer pembelajaran. Sementara siswa berposisi pada pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga siswa tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa, tetapi bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan konteks pemakaian. Materi yang disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi nyata. Menurut pendekatan komunikatif metode yang tepat diterapkan adalah metode komunikatif itu sendiri dengan uraian teknik seperti yang diuaraikan dalam Santosa, dkk yang dipetik dari Tarigan yang disarikan dari Solchan, dkk. (2001) berikut ini, (1) teknik pelajaran menyimak, (2) teknik pembelajaran berbicara, (3) teknik pembelajaran membaca, (4) teknik pembelajaran menulis.
Sementara teknik evaluasi untuk pendekatan ini adalah tes diskrit yaitu tes yang bersifat terpisah antar aspek kebahasaan, tes integratif yaitu tes yang memadukan semua aspek kebahasaan pada suatu tes evaluasi yang bersifat tercampur. Yang terakhir adalah tes pragmatik yaitu kemampuan siswa dalam menggunakan elemen-elemen kebahasaan dalam konteks situasional tertentu sebagai tolak ukurnya. Beberapa jenis tes pragmatis adalah, dikte, berbicara, parafrase, menjawab pertanyaan, dan teknik rumpang.
Pendekatan yang lain yang sering dianjurkan untuk diterapkan adalah pendekatan ketrampilan proses. Dimana pendekatan ketrampilan proses diidentifikasi sebagai pendekatan yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Kalau dibandingkan dengan pendekatan whole language dan pendekatan komunikatif maka pendekatan ketrampilan proses adalah dijiwai oleh dua pendekatan tersebut. Demikian halnya dengan pendekatan CBSA yang pernah populer di era tahun 1980-an juga merupakan cerminan dari dua pendekatan sebelumnya. Sampai kepada pendekatan pakem dan yang terakhir adalah pendekatan
quantum teaching.

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS


            Pendekatan mengandung arti cara pandang atau cara menyikapi sesuatu dengan bertolak belakang dari asumsi tertentu. Pengajaran IPS digunakan sebagai istilah teknis pedagogis untuk proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran dalam mata pelajaran IPS. Pendekatan dalam pelajaran IPS dimaksudkan sebagai cara pandang kita terhadap proses belajar murid dalam mata pelajaran IPS, dan upaya penciptaan kondisi dan iklim kelas yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
            Pendekatan sangat penting bagi guru karena guru dalam mata pelajaran IPS selain berfungsi sebagai manajer kelas dan fasilitator belajar, juga menjadi teladan actor sosial. Oleh karena itu, dengan mempelajari berbagai jenis pendekatan ini, dapat menambah percaya diri seorang guru untuk melaksanakan tugas sebagai guru IPS.
            Pendekatan bergantung pada berbagai hal, seperti tingkat pendidikan, tujuan dan lingkupan pendidikan anak. Artinya seorang guru harus memilih pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Jenis – Jenis Pendekatan
            Ada beberapa jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan pada kegiatan belajar mengajar di IPS, antara lain :
1.      Pendekatan Disiplin atau Pendekatan Struktur
Pendekatan Disiplin bertitik tolak dari sesuatu disiplin ilmu tertentu. Artinya pola kerangka atau sistematika pendekatan disiplin dimulai dari menyampaikan konsep-konsep dari suatu disiplin, baru kemudian menambahkan konsep-konsep disiplin lainnya. Yang bertujuan untuk mendukung konsep-konsep disiplin tersebut. Misalnya dimulai dari disiplin sejarah atau dari geografi atau dari ekonomi, dan sebagainya.
Cara penyampaian dalam pendekatan disiplin adalah dengan mempertautkan konsep-konsep lain yang bersifat menunjang yang dilakukan secara sistematis.
Tujuan dari pendekatan disiplin antara lain :
·      Mendukung tujuan IPS dalam kurikulum
·      Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam tentang konsep-konsep ilmu sosial tertentu
·      Untuk menelaah lebih lanjut tentang lingkup utama kegiatan manusia
·      Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang konsep-konsep tertentu dari suatu disiplin dengan disiplin yang lain.
·      Untuk memberikan bahan yang lebih banyak dan lebih luas kepada IPS
Dalam proses belajar mengajar yang menggunakan pendekatan disiplin, guru hendaknya lebih banyak memberikan tugas kepada anak untuk mencari sumber-sumber diluar buku teks. Memberikan tugas membaca ataupun studi lapangan dan pada akhir tugas melampirkan karya tulis kelompok maupun perorangan.
Kekurangan dari pendekatan disiplin adalah :
·      Penyusunan suatu pembelajaran dengan pendekatan ini adalah sangat sulit, karena tidak adanya pedoman yang tegas untuk memilih inti pembahasan dan pendukung pembahasan.
·      Pandangan tiap-tiap pengajar tentang suatu konsep, kedalaman maupun keleluasannya, sangat tergantung pada latar Belakang pendidikannya.
·      Keterampilan guru untuk mempertautkan konsep-konsep sangatlah terbatas dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (waktu, kesempatan, referensi,dll).

2.      Pendekatan Antar Struktur atau Interdisiplin
Pendekatan antar struktur merupakan pendekatan yang membahas suatu konsep secara berturut melalui beberapa disiplin dan kemudian dipersatukan. Dengan pendekatan ini suatu konsep ilmu sosial atau suatu topik diorganisasikan bersama konsep dari berbagai ilmu sosial terpadu.
Contohnya : Menunjukkan pada peta pesebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia. Maka, dapat meyoroti dari sudut pandang : geografi, khususnya peta persebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia. Kemudian materi sikap menghormati keanekaragaman suku bangsa. Kemudian bisa membahas berbagai jenis kebudayaan di Indonesia.
Kesemuanya itu terpadu menjadi suatu bahan pelajaran yang utuh dan tidak merupakan cerita bersambung. Sumbangan konsep dari berbagai ilmu diolah, diramu, dan dipadukan baik dari segi urutan atau tingkat kesulitan maupun kepentingannya.
Kesulitan penggunaan pendekatan ini dalam pelaksanaan pengajaran IPS dapat dimaklumi mengingat masih jarang ditemukan guru IPS yang generalis. Tetapi hal ini dapat diatasi melalui team teaching pada saat memprogram atau waktu melaksanakannya.
Pendekatan antar struktur dapat dibedakan menjadi dua jenis pendekatan, yaitu :
a.       Pendekatan Multidisiplin
Pendekatan multidisplin mengarah pada pengambilan konsep-konsep dari berbagai disiplin. Generalisasi dan proses dari berbagai disiplin ilmu sosial untuk membantu para siswa memahami topik yang mereka pelajari. Artinya semua aspek dari suatu topik ditelaah sehingga pengertian siswa itu menjadi luas dan dalam, dan dengan demikian tujuan sajian akan tercapai secara mantap.

b.      Pendekatan Interdisiplin
Pendekatan interdisiplin juga menggunakan atau mengambil konsep-konsep yang digunakan dalam berbagai ilmu sosial. Perbedaannya ialah bahwa model pengajaran dengan pendekatan interdisiplin mendasarkan strukturnya pada penggunaan ‘konsep inti’ sedangkan pada model pendekatan multidisplin menggunakan ‘konsep dasar’ dari berbagai disiplin.
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah adanya banyaknya konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam pengajaran. Kesukarannya terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling efektif untuk digunakan.
3.      Pendekatan Kemasyarakatan
Pendekatan Kemasyarakatan dimaksudkan seperti pendekatan yang kita gunakan didalam mempelajari IPS dengan mengambil masyarakat sebagai folus pembahasan. Artinya semua komponen program diambil dari dan ditujukan pada masyarakat sekitar.
Tujuan dari penekatan kemasyarakatan antara lain :
·      Pergaulan siswa di dalam masyarakat lebih luas, meliputi kecakapan bergaul, sikap ramah tamah, tenggang rasa, suka menolong, penyesuaian diri dalam berbagai situasi dan bisa mempengaruhi masyarakat sekitarnya.
·      Dapat memperluas pengetahuan dan pengertian yang didapat disekolah dengan macam-macam kenyataan (fakta) yang didapat di dalam masyarakat (konsep-konsep) sehingga mempunyai scope yang lebih luas dan lebih mendalam.
·      Mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan harapan masyarakat akan hasil pendidikan di sekolah yang dapat digunakan untuk membangun, membina, dan mengembangkan masyarakat.
·      Dapat berpartisipasi langsung dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan yang juga diharapkan oleh masyarakat.
·      Mengetahui lebih banyak tentang perubahan dan perkembangan yang lebih cepat daripada yang diduga diketahui disekolah sehingga pengetahuannya selalu aktual.

4.      Pendekatan Lingkungan
Lingkungan masyarakat lebih banyak membicarakan lingkungan fisik dan lingkungan budaya atau sering disebut dengan lingkungan geografis.
a.       IPS dengan Lingkungan Fisik
Di dalam pengetahuan tentang lingkungan, unsur fisik memegang peranan penting. Hal ini dimuat dalam tujuan pengajaran IPS. Tujuan tersebut antara lain :
·      Anak harus memahami keadaan lingkungan fisiknya ( keadaan alam, kekayaan alam, iklim, fauna, serta ekosostem dan lingkungannya )
·      Anak harus menyadari bagaimana campur tangan manusia didalam mengelola sumber-sumber alam.
·      Anak harus memahami dan menyadari tentang perlunya perhitungan, pengawasan dan pengawetan alam sekitar demi kelestarian lingkungan.

b.      IPS dan Lingkungan Budaya
Tujuan pengajaran IPS dan Lingkungan Budaya adalah :
·      Mengajarkan kebudayaan-kebudayaan manusia di dunia dari hal perbedaan, persamaan hakekat budaya yang ada padanya, perkembangan serta perubahan-perubahannya.
·      Anak harus memahami nilai-nilai budaya nasioanal, regional maupun lokal, menghargai dan memelihara sebagai harga pusaka peninggalan nenek moyang.
·      Menanamkan rasa tanggung jawab dan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan warisan budaya tersebut.
·      Anak harus mengetahui akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkan oleh penetrasi kebudayaan asing yang masuk ke dalam lingkungan kebudayaan.

5.      Pendekatan Pembelajaran Tradisional dan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
a.         Pendekatan Pembelajaran Tradisional
Pendekatan pembelajaran tradisional mengutamakan penyajian fakta dan nama, melalui hafalan dan ingatan. Anak dianggap sebagai suatu bejana kosong yang harus diisi oleh guru sampai penuh. Sehingga dalam pendekatan pembelajaran anak bersifat pasif. Sedangkan guru bertindak aktif dengan metode ceramah.
Kekurangan dari pendekatan pembelajaran tradisional antara lain :
·      Kurang memberikan kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi memecahkan masalah sehingga daya serap siswa kurang tajam.
·      Kadang-kadang pernyataan atau penjelasan lisan sukar ditangkap. Apalagi jika menggunakan kata-kata asing.
·      Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapannya untuk mengeluarkan pendapat.
·      Kurang cocok untuk anak yang tingkat abstraksinya masih kurang.
·      Dapat menimbulkan kebosanan siswa.
Pendekatan ini dapat digunakan apabila terdapat hal-hal berikut ini :
·      Bahan yang ingin disampaikan sangat banyak.
·      Para siswa dapat memahami informasi melalui kata-kata.

b.      Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Pendekatan pembelajaran inkuiri bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai engan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat memandang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Berikutnya guru menyediakan sumber belajar bagi siswa untuk pemecahan masalah.
Pendekatan inkuiri dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakan disetiap sekolah. Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan apabila sudah memenuhi syarat-syarat berikut :
·      Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas dan sesuai dengan daya nalar siswa
·      Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan
·      Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup
·      Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar

Rabu, 30 November 2011

Penyebab Anak Menyontek di Sekolah

Banyak anak yang tergiur untuk mencontek meskipun hanya sekali. Beberapa anak setelah mencontek sekali merasa bersalah dan tidak mengulanginya lagi, sementara beberapa anak yang lain bisa ketagihan dan merasa hal ini sangat berguna. Sayangnya, beberapa anak yang sudah mulai mencontek susah untuk berhenti.


Beberapa anak mencontek karena anak-anak tersebut terlalu sibuk atau malas, jadi anak-anak ingin mendapatkan nilai yang bagus tanpa menghabiskan banyak waktu untuk belajar. Beberapa anak yang lain mungkin merasakan tidak bisa melewati ujian tanpa mencontek, tapi tetap saja mencontek bukanlah ide yang bagus.

Jika anak sakit atau ada keperluan dimalam sebelumnya sehingga tidak sempat belajar, maka sebaiknya dibicarakan dengan sang guru. Namun, jika anak tidak memiliki waktu yang cukup untuk belajar karena aktivitas yang banyak, sebaiknya orang tua mulai memilih mana aktivitas yang penting dan mana yang bisa ditinggalkan terlebih dahulu.

Anak-anak yang mencontek akan takut jika tertangkap oleh gurunya. Meskipun tertangkap atau tidak, anak-anak ini mungkin akan merasa bersalah, malu atau serba salah. Walaupun merasa baik-baik saja atau tidak tertangkap basah, tapi bukan berarti semuanya baik-baik saja.

Anak yang ketahuan mencontek, akan membuat kecewa orang-orang disekitarnya seperti orang tua dan gurunya. Orang tua biasanya akan khawatir bahwa sang anak nantinya tidak akan bisa menjadi orang yang jujur.

"Selalu mengecewakan ketika mengetahui ada anak yang mencontek karena itu berarti sang anak tidak percaya dengan dirinya sendiri dan lebih memilih mempercayai orang lain," ujar Karen McCalley, seorang guru bahasa inggris di New Jersey, seperti dikutip oleh Kidshealth, Selasa (18/8/2009).

Anak yang terbiasa mencontek merupakan salah satu jalan untuk mengajarkannya menjadi orang yang tidak jujur. Terdapat banyak alasan mengapa anak ada yang tidak mencontek, tapi hampir kebanyakan anak pernah mencontek.

Mencontek bisa menjadi suatu kebiasaan yang buruk, sebaiknya bicarakan dengan anak masalah apa yang menyebabkan anak menjadi suka mencontek. Jika memang akibat terlalu banyaknya kegiatan yang diikutinya sehingga membuat dirinya tidak punya waktu untuk belajar, maka mulailah menguranginya atau bisa juga dengan memberikan les pribadi pada mata pelajaran yang memang kurang dikuasai oleh sang anak.

Pilihlah mainan yang mengutamakan keadilan dan mengharuskan pemainnya untuk jujur sehingga bisa membantu anak terbebas dari kebiasaan mencontek dan pasti akan membuatnya bangga.

Jadi, mulailah untuk mengajarkan anak Anda berlaku jujur yang bisa dimulai dengan tidak mencontek di sekolah. Karena anak akan memiliki kebanggan tersendiri dengan apa yang telah dilakukannya. 


Sabtu, 26 November 2011

Penghargaan Kepada Anak Sekolah Minggu

Guru-guru Sekolah Minggu seringkali dibuat pusing dengan sikap dan prilaku anak-anak Sekolah Minggu yang terkadang sulit tertib dalam mengikuti ibadat. Coba adakan sistem pemberian tanda penghargaan. Sistem pemberian tanda penghargaan bisa diterapkan dengan sangat baik untuk murid-murid pada segala usia. Tanda penghargaan bisa berupa sesuatu yang sederhana seperti mendapatkan stiker atau kertas berbentuk bintang berwarna kuning pada setiap pertemuan untuk tingkah laku mereka yang dapat menjadi teladan. Pada tanda bintang itu dituliskan beberapa hal penting yang membuat anak tersebut layak mendapat bintang. Misalnya, datang tidak terlambat, tidak bermain-main saat beribadah, membawa Alkitab, berucap santun (tidak mengeluarkan kata-kata kotor), dengar-dengaran, menyanyi saat  menyanyi, berdoa saat berdoa, dan sebagainya. Lihat contoh di bawah di bawah ini:


Seorang anak bisa mendapatkan banyak bintang dalam sekali pertemuan. Oleh karena itu, buatlah pokok-pokok penghargaan yang dipandang perlu terkait dengan kondisi umum yang sering berlaku dan perlu untuk diubah. Misalnya, jika anak-anak seringkali bermain saat beribadah, maka prioritaskanlah hal kesungguhan beribadah pada tanda penghargaan yang akan diberikan. Jika tampak perubahan pada sikap mereka di ibadah-ibadah selanjutnya, maka prioritas pun beralih kepada hal lain yang dipandang perlu, namun tidak dihilangkan sama sekali. Dengan demikian jenis penghargaan pun bervariasi.

Setiap anak atau pihak gereja menyiapkan satu buku kosong sebagai album berisikan tanda-tanda penghargaan mereka. Mereka mencatat hari, tempat pelaksanaan ibadah, serta jenis penghargaan yang diberikan hari itu  sehingga anak mengetahui jenis penghargaan apa yang tidak diterimanya dari pertemuan hari itu. Lihat contoh di bawah ini :

Akhir pertemuan dapat diisi dengan kegiatan menempelkan bintang-bintang yang mereka peroleh di hari itu. Tanda penghargaan ini memotivasi anak dan sekaligus melatih anak untuk melakukan respon yang baik dalam kegiatan persekutuan.

Pada halaman Album disediakan kolom "Orang Tua/Wali" dengan maksud anak akan membawa pulang Album Penghargaan mereka ini untuk diketahui oleh orang tua/wali anak (membubuhi tanda tangan). Anak yang, misalnya tidak bernyanyi saat bernyanyi, tidak akan mendapat tanda bintang dengan pokok itu sehingga ada satu kolom bintang yang tidak terisi tanda bintang tersebut. Dengan ini, orang tua juga mengetahui bagaimana sikap dan prilaku anaknya dalam mengikuti ibadat. Diharapkan orang tua akan memberi perhatian dan ikut membantu mengarahkan anak-anak mereka untuk bersikap dan berlaku benar dalam peribadatan.

Sistem ini sudah dipraktekan, seperti contoh di atas untuk kegiatan Sore Gembira, dan hasilnya cukup membantu para guru karena anak-anak dengan sendirinya berusaha menertibkan diri mereka sendiri.


Berdoa Tidak Untuk Menang


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.  

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsingkan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
 
Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.  

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.
 
Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”  

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo…ayo…cepat…cepat, maju…maju”, begitu teriak mereka. Ahha… sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati “Terima kasih.”
 
Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu disehkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Mark terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Mark.  

Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku , hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
 
Renungan :  

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukanlah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan- Nya, dan panduan-Nya? Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat.
 
Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya agar tetap setia dan percaya kepadaNya..